Banyak orang yang mengeluh dengan penghasilan yang pas-pasan atau terasa kurang.
“Jika saja penghasilan saya lebih besar, tentunya masalah keuangan ini akan cepat selesai” begitu kilahnya.
“Kalau gaji saya sudah naik, baru saya bisa nabung dengan rutin” alasan serupa kembali diucapkan.
Berbagai kalimat sejenis dijadikan
sebagai alasan untuk menyatakan persoalan “kekurangan uang”. Tapi apakah
betul itu masalah sebenarnya…?
Coba simak kisah berikut ini:
Anggap saja namanya ibu Cantik, sebagai
seorang sosialista di kompleksnya, ia ikut beragam kegiatan masyarakat
seperti PKK, pengajian dan arisan. Setiap bulan, ia menerima “uang
jatah” dari suaminya setiap tanggal 28. Maka dengan cermat pula ia atur
agar arisan itu dilakukan di tanggal muda setelah tanggal gajian.
Tentunya ibu-ibu yang lainnya juga setuju karena memudahkan mereka dalam
membayar arisan. Akhirnya disepekatilah untuk mengumpulkan uang arisan
paling lambat tanggal 4 setiap bulannya.
Setiap bulannya, uang arisan dikumpulkan
oleh koordinator arisan dengan cara keliling dari rumah ke rumah di
kompleksnya. Ibu Cantik selalu siapkan uangnya di awal bulan karena
biasanya si koordinator ini akan datang ke rumahnya setiap tanggap 1
atau 2. Alhamdulillah pembayaran arisan selalu lancar setiap bulannya.
Tapi pada bulan ini, ternyata si
koordinator tidak datang pada tanggal 1, ditunggunya pada tanggal 2,
namun tak jua kunjung tiba. Dengar punya dengar, dari gossip antar
tetangga, ternyata koordinator sedang jatuh sakit dan perlu dirawat.
Alhasil pengumpulan uang arisan di bulan ini pun menjadi berantakan.
Setelah tanggal 10, ibu koordinator
berkeliling kompleks kembali untuk mengumpulkan uang arisan bulan ini.
The show must go on katanya, lebih baik terlambat daripada tidak sama
sekali….
Tapi apa yang terjadi, ternyata sebagian
ibu-ibu peserta arisan itu tidak lagi bisa membayar uang arisan di atas
tanggal 10, termasuk si ibu cantik. Ada saja alasannya para ibu, “Coba
datangnya pas tanggal muda, kan uangnya masih ada. Kalau udah tanggal
segini sih udah gak ada uangnya”. Bukan Cuma satu dua ibu-ibu yang
ditagih arisan berasalan seperti itu.
Dan bukan Cuma untuk kasus itu aja lho,
saya juga yakin hal ini sering terjadi. Terlambat menagih atau membayar
sesuatu uangnya sudah tidak ada lagi, padahal kalau ditagihnya di
tanggal muda, uangnya masih ada. Begitu juga sebagian dari kita mengatur
cicilan hutang atau jatuh tempo kartu kredit, biasanya dilakukan
beberapa hari dari tanggal gajian.
Kalau begitu, apakah betul masalahnya
adalah “kekurangan uang” atau masalah sesungguhnya adalah “uangnya yang
sudah terpakai” untuk yg lain…?
Jika ditagih di awal bulan lancar, tapi
ditagih di akhir bulan tidak lancar… maka sudah jelas masalahnya apa.
Bukan karena kekurangan uang, tapi karena uangnya sudah keburu terpakai
untuk yang lain. Maka solusinya jelas sudah, atur prioritas keuangan
dengan baik.
Mana yang lebih dahulu dibandingkan
dengan yang lain. Mana lebih penting dibandingkan dengan yang lain. Mana
diprioritaskan dibandingkan dengan yang lain.
Terkadang, berapa nominalnya tidak lebih
penting dibanding bagaimana pengaturan prioritasnya. Karena masalah ini
bukan Cuma terjadi untuk mereka yang berpenghasilan 5 jutaan, tapi juga
25jutaan.
Sumber : http://ahmadgozali.com/kurang-atau-terpakai-2/
0 komentar:
Posting Komentar