Rabu, 29 Oktober 2014

Keluarga Samara


oleh: Ust. Cahyadi Takariawan

Tema kajian kita pada sore hari ini di seputar keluarga harmonis. Atau dalam bahasa Qur'an kita sebut sakinah mawaddah wa rahmah.

Keluarga harmonis adalah dambaan semua orang. Siapapun yang menikah dan membentuk bahtera rumah tangga, berharap akan bisa memiliki keluarga yang harmonis.

Namun banyak orang memahami makna harmonis secara berlebihan, sehingga seakan-akan tidak mentolerir adanya perbedaan, pertengkaran, dan konflik antara suami isteri sama sekali.

Keluarga harmonis dipahami sebagai keluarga yang tanpa perbedaan dan tanpa pertengkaran.

Ini pemahaman yang tidak tepat.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata harmonis memiliki makna pernyataan rasa, aksi, gagasan, dan minat; keselarasan; keserasian.

Dalam konteks keluarga, kata harmonis dekat dengan makna keselarasan dan keserasian antara suami, isteri dan seluruh anggota keluarga.

Selaras dan serasi, menunjukkan suatu kesamaan tujuan dan cita-cita, walaupun kondisinya tidak selalu sama.

Mungkin saja ada hal yang berbeda, namun perbedaan terbingkai dalam keselarasan dan keserasian.

Bahkan anda akan sulit menilai penampilan lelaki muda tersebut, apabila semua yang dikenakan memiliki warna yang sama.

Justru penampilan dikatakan serasi apabila ada perbedaan, namun beda yang serasi.

Misalnya ia mengenakan sepatu berwarna hitam, kaus kaki abu-abu, celana panjang hitam, kemeja warna putih, jas hitam, dasi merah tua, dan peci berwarna hitam.

Ada banyak warna yang dikenakan, namun justru itu yang membentuk makna serasi.

Karena salah satu makna keharmonisan adalah keserasian, maka perbedaan justru menjadi salah satu unsur terpenting di dalamnya.
Jangan berharap suami dan isteri akan sama dalam semua hal, karena sejak dari awalnya memang tidak sama.

Kesamaan mereka terjadi dalam hal yang prinsip, seperti kesamaan visi keluarga, kesamaan tujuan berkeluarga, dan kesamaan keyakinan hidup.

Namun dalam berbagai sisi praktis, suami dan isteri tidak perlu sama. Karena suami dan istri memang dua jenis yang tidak sama.

Dalam konferensi tahunan British Psychological Society 2012, di antara tema yang menjadi pembahasan adalah perbedaan fisiologis dan biologis laki-laki dan perempuan.

Para ahli mengupas beberapa perbedaan dalam kemampuan kognitif, misalnya, laki-laki memiliki keterampilan kesadaran spasial lebih baik.

Sementara perempuan memiliki daya ingat yang lebih kuat untuk benda-benda, serta kefasihan dalam lisan.

Beberapa perbedaan utama antara laki-laki dan perempuan yang diyakini adalah sesuatu yang bersifat alami atau natural.

Laki-laki yang dianggap memiliki kemampuan kuat untuk memikirkan obyek dalam bentuk 3D yang membantu mereka menavigasi.

Perbedaan ini telah terlihat dalam hasil studi yang melibatkan bayi berusia tiga bulan. Perempuan ‘lebih baik dalam mengingat letak benda-benda’ dan lebih bisa menavigasi melalui landmark dibanding sifat umum navigasi laki-laki yang berupa arah.

Ada pula pertanyaan menggelitik, “Mengapa 90% dari manajer perusahaan adalah laki-laki, dan 90% dari sekretaris yang ada di perusahaan adalah perempuan?”

Ini dianggap sebagai perbedaan umum antara laki-laki dan perempuan dalam beberapa segi kemampuan yang spesifik.

Justru dengan adanya berbagai perbedaan kemampuan tersebut, laki-laki dan perempuan bisa saling melengkapi, saling mengisi, saling memberi dan saling membutuhkan satu dengan yang lainnya.

Tidak ada superioritas, bahwa lelaki lebih baik dan lebih unggul dari perempuan, atau perempuan lebih baik dan lebih unggul dari lelaki.

Yang terjadi adalah, lelaki dan perempuan memiliki sisi-sisi kelebihan dan keunggulan, namun pada saat yang sama memiliki sisi kelemahan dan kekurangan.

Untuk itulah, dalam sebuah keluarga mereka bisa saling menguatkan sisi kekurangan, dan bisa saling berbagi pada sisi kelebihan.

Itulah makna serasi, sebuah perbedaan yang menimbulkan harmonis, saling memerlukan, saling mengisi dan melengkapi antara suami dan isteri.

Maka, rasakanlah keharmonisan, justru karena suami dan isteri memiliki banyak perbedaan.

Jika semua hal sama, lalu dimana letak kenikmatan hidup berkeluarga?

Kajian Online Hamba Allah

0 komentar:

Posting Komentar